Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi
Hampir seluruh Indonesia merasakan cuaca panas berkepanjangan sejak beberapa bulan terakhir. Meski memang terjadi hujan di beberapa kota dalam tempo waktu seminggu kebelakang, tapi efek dari suhu tinggi yang terus menerus dirasakan tidak boleh dikesampingkan.
Tapi tidakkah kamu penasaran sebenarnya apa penyebab cuaca panas yang tidak berkesudahan ini? Apakah memang musim panas yang berjalan lebih lama, atau ada penyebab lain yang memicunya?
Tentu untuk mendapatkan penjelasan yang komprehensif, kamu bisa dengan mudah melihat pada beberapa situs atau rilisan resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Lebih lanjut tentang pemicu kondisi ini, risikonya pada kesehatan, dan tips menghindari dampak negatif ini bisa kamu cermati pada masing-masing poin berikut.
Baca Juga: Waspada Polusi Udara, Inilah Dampak Buruknya Bagi Kesehatan!
Dilansir dari sebuah media online, penjelasan tentang pemicu cuaca panas berkepanjangan disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati. Pihaknya menyatakan setidaknya ada tiga faktor utama kenapa hal ini terjadi di wilayah Indonesia.
Anomali ini sendiri dipengaruhi oleh suhu muka permukaan Laut Pasifik di ekuator bagian timur, yang berakibat pada minimnya pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Atau dikenal dengan istilah IOD positif, yang terjadi di area Samudera Hindia di ekuator bagian barat. Hal ini juga memicu minimnya pembentukan awan hujan di Indonesia secara umum. Penyinaran matahari langsung terpapar ke permukaan bumi tanpa ada tameng pelindung berupa awan hujan.
Gerak semu matahari yang terjadi bulan September dan Oktober menyebabkan wilayah di selatan ekuator, seperti pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mengalami penyinaran yang lebih intens daripada sebelumnya.
Faktor penyebab ketiga dikatakan adalah angin dari Australia yang lebih kering. Akibatnya musim kemarau yang dirasakan lebih menyengat dan suhu tinggi terasa di beberapa area lebih intens daripada area lainnya.
Soal hawa yang terasa sangat panas dan membuatmu terus berkeringat jelas tidak lagi perlu dijabarkan. Tapi bersamaan dengan cuaca panas berkepanjangan ini, ternyata ada sederet risiko kesehatan yang muncul dan harus diwaspadai.
Beberapa risiko dan dampak yang muncul akibat paparan suhu tinggi yang terlalu lama adalah sebagai berikut.
Keringat yang muncul akibat cuaca panas ini bisa saja memicu gangguan kesehatan, seperti misalnya demam. Apalagi jika hal ini ditambah dengan konsumsi air es atau dingin untuk menyegarkan tubuh, maka risikonya bisa meningkat.
Perubahan suhu mendadak yang terjadi di luar tubuh dan di dalam tubuh bisa membuatmu terkena infeksi tenggorokan, dan akhirnya menimbulkan demam yang mengganggu.
Ketika tubuhmu terus berkeringat, maka cairan yang ada di dalamnya akan terus berkurang. Efeknya adalah perasaan mudah lelah, terus merasa lemas, pusing, mual, bahkan hingga kehilangan kesadaran atau pingsan.
Suhu panas ini juga bisa membuat kamu sulit berkonsentrasi dan membuatmu cepat marah. Tentu saja, ini kurang baik untuk kesehatan badan dan pekerjaan yang kamu punya.
Kehilangan banyak cairan dan elektrolit memicu risiko lain, yakni tekanan darah rendah. Pembuluh darah yang membesar membuat tekanan darah menurun, sehingga bisa membuatmu pusing atau kehilangan kesadaran.
Jangan salah, kondisi ini tidak hanya muncul pada orang-orang yang menderita tekanan darah rendah, tapi juga pada masyarakat secara umum.
Baca Juga: Mengenal Kondisi Kolik pada Bayi, Kamu Sudah Tahu?
Pada titik ekstrim, seseorang bisa saja mengalami heat stroke. Kondisi ini muncul ketika tubuh sulit mengontrol suhu, sehingga mengalami peningkatan drastis hingga 41 derajat Celcius hanya dalam hitungan menit saja.
Ketika kondisi ini dialami, kamu akan kesulitan mengeluarkan keringat, kulit menjadi kering, dan tubuh terasa panas. Efeknya adalah pusing, mual, bahkan hingga kejang dan kejadian fatal yang mengancam nyawa.
Saat kamu berkeringat terus menerus, pori-pori tubuh bisa saja tersumbat. Hal ini bisa terjadi di area-area lipatan, dan membuat benjolan merah gatal muncul. Pada tingkat ringan, memang tidak berbahaya, tapi jika sampai mengganggu, lebih baik hal ini segera diatasi.
Saat tubuh terpapar cuaca panas terus menerus, maka detak jantung akan menjadi lebih cepat dari biasanya. Organ ini akan memompa darah ke kulit untuk terus melepaskan rasa panas yang dialami, sehingga bagian tubuh lain bisa saja kekurangan darah.
Inilah yang memunculkan rasa lemas dan kurang bersemangat ketika kamu beraktivitas.
Terakhir dampak yang muncul karena paparan cuaca panas adalah dehidrasi. Keringat yang terus keluar mengandung berbagai mineral penting bagi tubuh, sehingga rasa haus akan terus muncul. Kekurangan cairan tubuh akan mengakibatkan dehidrasi, dan harus disikapi dengan tepat agar tidak memicu dampak lebih parah.
Setelah melihat dampak dari cuaca panas untuk kesehatan di atas, maka ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk menyikapinya.
Baca Juga: Inilah, Perbedaan Asuransi Kesehatan Karyawan dan Individu yang Kamu Harus Tahu!
Tidak bisa dipungkiri cuaca panas memang jadi tantangan yang harus dihadapi terus menerus belakangan ini. Kuncinya adalah tetap menjaga pola hidup sehat, menjaga tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup, dan mengurangi aktivitas di luar ruangan.
Untuk melengkapi langkah menghindari efek buruk cuaca panas ini, kamu juga bisa menggunakan asuransi kesehatan yang tepat seperti yang disediakan oleh AXA Insurance Indonesia. Asuransi Kesehatan Individu bisa membantu kamu menghadapi berbagai kondisi darurat selamat 24 jam. Jaminan biaya kesehatan yang timbul seperti rawat inap atau rawat jalan dapat dibantu dengan asuransi ini, sehingga kamu bisa fokus pada pemulihan yang diperlukan. Segera hubungi layanan pelanggan kami untuk mendapatkan asuransi handal ini, dan semoga selalu sehat dimanapun kamu berada!
*Kode promo berlaku untuk pembelian secara langsung di AXA myPage hingga 31 Desember 2023
Referensi: